Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Press Rilis Holland Bakery: Membela Penguntit, Menutup Komentar

Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan beredarnya rekaman CCTV dari salah satu outlet Holland Bakery yang memperlihatkan dugaan tindakan tidak pantas, yang ramai disebut sebagai "penguntitan" pelanggan. Namun, bukan isi rekamannya yang lebih heboh, melainkan respons resmi dari manajemen Holland Bakery yang justru menuai cibiran dari warganet.

Dalam surat resmi yang diunggah akun Instagram @hollandbakeryindonesia, manajemen menyebut bahwa penyebaran video CCTV tersebut bukan kebijakan perusahaan dan dilakukan tanpa izin. Lebih mengejutkan lagi, pelaku penyebaran video adalah karyawan outlet itu sendiri, yang disebut bermaksud melindungi tanggung jawabnya atas produk yang hilang. Artinya, alih-alih mengutuk aksi penguntitan, perusahaan justru terlihat lebih sibuk mengamankan urusan internal dan menegur si penyebar video.

Yang bikin netizen makin geleng-geleng kepala adalah: kolom komentar di postingan Instagram resmi mereka malah ditutup. Seolah ingin berkata, "Kami tidak mau dengar suara kalian, kami sudah benar." 🫣

Warganet: “Siapa yang Salah Sebenarnya?”

Tak butuh waktu lama, surat tanggapan ini viral dan menjadi bahan candaan di berbagai platform. Banyak yang menyebut bahwa fokus perusahaan lebih kepada pencitraan internal dan menghindari malu, daripada menangani isu utama: dugaan tindakan tidak pantas terhadap pelanggan.

Komentar seperti:

  • “Jadi yang disalahin bukan pelakunya, tapi yang ngasih tahu?”
  • “Kalau nggak disebar, berarti pelanggan terus diawasin diam-diam?”
  • “Komentar ditutup, karena takut dibakar netizen?”

...membanjiri Twitter dan thread forum diskusi. Yang jelas, warganet tak bisa menerima begitu saja klarifikasi yang terkesan lebih membela "pelaku" ketimbang korban.

Transparansi, Bukan Bungkam!

Dalam dunia digital yang serba terbuka seperti sekarang, menutup akses komentar publik justru membuat kesan makin buruk. Alih-alih menyampaikan empati terhadap pelanggan, Holland Bakery justru terlihat lebih peduli pada prosedur internal dan kerugian produk, dibanding pengalaman traumatis yang mungkin dialami konsumen.

Mungkin Holland Bakery lupa satu hal: transparansi dan akuntabilitas jauh lebih penting dari sekadar menjaga nama baik di atas kertas.

Akhir Kata

Holland Bakery mungkin terkenal karena rotinya yang empuk dan ikonik, tapi sayang, respons manajemennya kali ini terlalu keras untuk dicerna. Semoga ke depan, perusahaan bisa belajar bahwa kepercayaan konsumen tak bisa diraih hanya dengan surat resmi dan logo besar, tapi dengan tindakan nyata dan keberanian untuk bertanggung jawab secara terbuka.

Majid Abana Segaf
Majid Abana Segaf Penebar Cinta Dari Negeri Fana

Posting Komentar untuk "Press Rilis Holland Bakery: Membela Penguntit, Menutup Komentar"