Budaya Cashless Boleh, Tapi Transparansi Informasi Jangan Dilupakan
Belakangan ini lini masa ramai soal gerai makanan/minuman yang memberlakukan pembayaran cashless only, khususnya QRIS. Banyak yang dukung karena lebih praktis, tapi nggak sedikit juga konsumen yang merasa kecewa. Masalahnya bukan pada cashless-nya, tapi cara komunikasinya yang kurang jelas.
Kejadian yang viral seringnya bermula sederhana. Pembeli antre panjang, sudah pilih menu, sudah siap bayar… eh baru dikasih tahu belakangan kalau cuma menerima QRIS atau pembayaran non-tunai. Bukan masalah nggak punya QRIS, tapi kurangnya pemberitahuan sejak awal yang bikin konsumen terjebak dalam situasi nggak enak.
Padahal ya, budaya cashless sangat wajar berkembang. Semakin banyak transaksi digital dilakukan masyarakat. Tetapi, pelaku usaha tetap punya kewajiban untuk memberikan informasi yang transparan.
Kenapa transparansi pembayaran itu penting?
1. Menghindari salah paham Konsumen datang dengan asumsi bahwa semua pembayaran diterima. Ketika kenyataannya dibatasi, pasti kecewa.
2. Menghormati konsumen Dengan memberi informasi jelas, konsumen bisa memilih: lanjut beli atau batal. Konsumen punya hak untuk tahu sebelum melakukan transaksi.
3. Mengurangi konflik di kasir Kasir juga manusia. Repot kalau harus jelasin satu-satu, ditambah ada yang emosi karena nggak siap.
4. Menjaga reputasi brand Zaman digital, satu pengalaman buruk bisa langsung viral. Transparansi itu investasi jangka panjang.
Cashless Only Boleh, Tapi… Tolong Kasih Tanda yang Jelas
Banyak outlet yang cuma modal QRIS statis, tapi mengklaim sebagai cashless sepenuhnya. Padahal cashless itu banyak metode: kartu debit/kredit, e-wallet, transfer, dan lain-lain.
Anehnya, ada juga gerai yang punya EDC, tapi justru hanya menerima QRIS. Ada juga kebalikannya, EDC bisa debit tapi QRIS malah nggak ada. Inconsistency seperti ini bikin bingung.
POV saya: gapapa cashless only. Serius. Itu hak bisnis.
Tapi tolong...
pasang papan informasi BESAR
ditempatkan sebelum antrean
pakai bahasa yang jelas
bikin visual mudah terlihat dari jauh
Misalnya:
❗ Pembayaran di outlet ini hanya menerima QRIS / non-tunai
❗ Tidak menerima uang cash
Dengan begitu pembeli bisa siap-siap. Kalau nggak punya QRIS, ya tinggal batal sebelum antre panjang. Sama-sama nyaman.
Budaya Baca Memang Rendah, Tapi Jangan Dijadikan Alasan
Kadang ada argumen, “Udah ada tulisannya tapi nggak dibaca, orang Indonesia males baca!”
Tapi sebagai pelaku usaha, justru tanggung jawab menyediakan informasi yang mudah diakses dan jelas, bukan sekadar menempel tulisan kecil di pojokan.
Kalau konsumen tetap nggak baca padahal informasinya terpampang jelas, ya lain cerita. Minimal usaha sudah memenuhi kewajibannya.
Solusi untuk pelaku usaha agar tidak terjadi lagi salah paham:
- pasang banner di pintu masuk
- tulis syarat pembayaran di meja kasir
- infokan saat antre dan sebelum order
- edukasi pegawai agar komunikatif
- buat postingan di media sosial resmi
Penutup
Transaksi non-tunai bukan musuh. Justru membuat pembayaran lebih cepat, higienis, dan efisien. Namun perubahan sistem pembayaran harus diimbangi dengan komunikasi yang baik.
Tidak sulit kok:
Cashless only boleh, tapi informasinya wajib jelas.
Bukan hanya untuk kenyamanan konsumen, tapi juga untuk ketenangan pegawai saat melayani.
Jadi, yuk mulai bangun budaya transparansi informasi. Karena teknologi memang berkembang, tapi komunikasi tetap kunci kenyamanan transaksi.

Posting Komentar untuk "Budaya Cashless Boleh, Tapi Transparansi Informasi Jangan Dilupakan"